Cuaca Panas Mendorong Permintaan AC di Indonesia
Beberapa wilayah di Indonesia mengalami cuaca panas yang cukup ekstrem. Kondisi ini berpotensi meningkatkan permintaan alat pendingin ruangan, termasuk produk Air Conditioner (AC). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa suhu maksimum mencapai 37,6° Celsius di sejumlah daerah. BMKG memperkirakan kondisi ini akan terus berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Daniel Suhardiman, menyampaikan bahwa permintaan AC saat ini masih stabil. Tidak ada indikasi peningkatan yang signifikan. Namun, jika terjadi lonjakan permintaan untuk produk AC rumahan atau Residential AC (RAC), industri dalam negeri diyakini mampu menghadapinya.
Daniel menjelaskan bahwa produk RAC dari industri dalam negeri kini lebih dominan dibandingkan dengan produk impor. Berbeda dengan AC skala komersial atau Commercial AC (CAC), yang mayoritas masih dipenuhi melalui impor. Ia menambahkan bahwa meskipun impor masih ada, produksi dalam negeri telah menjadi lebih dominan untuk RAC. Sementara untuk CAC, masih cukup bergantung pada impor.
Pasar AC memiliki prospek yang menarik, sehingga mendorong sejumlah perusahaan untuk melakukan investasi dan ekspansi pabrik AC di dalam negeri. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyebutkan bahwa kenaikan suhu menjadi salah satu faktor pendongkrak permintaan produk AC. Hal ini mendorong merek-merek multinasional seperti Sharp, Daikin, LG, dan Midea untuk mulai berinvestasi di pasar dalam negeri.
Dengan berbagai investasi pembangunan pabrik dan ekspansi fasilitas produksi, kapasitas manufaktur dan perakitan AC di Indonesia diperkirakan bisa mencapai 10 juta unit per tahun. Namun, tingkat pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) industri AC belum optimal, hanya sekitar 30%-40%.
Faisol mengakui bahwa diperlukan upaya untuk meningkatkan utilisasi dan daya saing industri AC dalam negeri. Saat ini, kebutuhan pasar masih didominasi oleh produk impor. Selain itu, beberapa produsen AC yang baru berinvestasi di dalam negeri juga memiliki target untuk mengekspor produknya.
Potensi Pertumbuhan Pasar AC
Perkembangan pasar AC di Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar. Dengan kondisi cuaca yang semakin ekstrem, permintaan terhadap alat pendingin ruangan akan terus meningkat. Hal ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi, tetapi juga memberikan peluang bagi industri dalam negeri untuk berkembang.
Selain itu, adanya investasi dari perusahaan multinasional memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan industri AC. Dengan peningkatan kapasitas produksi dan ekspansi pabrik, industri diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar secara lebih efisien.
Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah peningkatan utilisasi kapasitas produksi. Saat ini, tingkat utilisasi masih rendah, sehingga diperlukan strategi yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional.
Selain itu, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi juga menjadi hal penting dalam meningkatkan daya saing industri AC. Dengan dukungan pemerintah dan partisipasi aktif dari sektor swasta, industri AC di Indonesia diharapkan mampu bersaing di pasar global.
Kesimpulan
Cuaca panas yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia menjadi faktor pendongkrak permintaan AC. Meski permintaan saat ini masih stabil, potensi peningkatan sangat besar. Industri dalam negeri telah siap menghadapi lonjakan permintaan, terutama untuk AC rumahan. Namun, untuk AC komersial, masih banyak ketergantungan pada impor.
Investasi dari perusahaan multinasional memberikan harapan positif bagi perkembangan industri AC di dalam negeri. Dengan peningkatan kapasitas produksi dan ekspansi pabrik, industri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pasar. Namun, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan utilisasi dan daya saing agar industri AC dapat berkembang secara berkelanjutan.












