Daerah  

Dokter Kulit Ungkap Waktu Berjemur yang Tepat untuk Dukung Imunitas, Bukan Malah Picu Kanker



mediaawas.com–

Berjemur di bawah sinar matahari sempat menjadi tren di masa pandemi Covid-19 karena dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Habit tersebut sebaiknya dapat diteruskan karena bermanfaat bagi tubuh asalkan dilakukan dengan benar.

Sebab, paparan sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan justru bisa menimbulkan masalah kesehatan serius, termasuk kanker kulit.

Waktu berjemur yang tepat adalah di pagi hari antara pukul 06.00 sampai pukul 09.00. Pada waktu ini, sinar matahari tidak terlalu terik sehingga aman bagi kulit dan dapat memberikan manfaat maksimal seperti produksi vitamin D. Berjemur terlalu lama atau pada siang hari ketika sinar matahari sangat terik bisa berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.

Dokter: Sinar matahari penting untuk kesehatan.

Dokter spesialis kulit dan kelamin dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dr. Prasetyadi Mawardi, SpKK(K), FINSDV, FAADV, menjelaskan sinar matahari memang penting untuk kesehatan, terutama dalam pembentukan vitamin D.

Namun, pemahaman masyarakat yang keliru soal waktu dan durasi berjemur justru dapat membawa risiko kesehatan.

“Sunning can indeed support vitamin D synthesis which is important for the immune system. However, if done incorrectly, it can actually lead to sunburn, premature skin aging, and even skin cancer,” he said when interviewed.

mediaawas.com

pada Senin (16/6/2025).

Bahaya paparan UV yang tak terkontrol

Menurut Prasetyadi, paparan sinar UV memiliki efek biologis yang kompleks terhadap tubuh manusia.

Komposisi dan intensitas UV sangat dipengaruhi oleh waktu, lokasi geografis, musim, dan bahkan ketinggian tempat.

“Indonesia berada di garis khatulistiwa, sehingga paparan sinar mataharinya jauh lebih intens dibanding negara empat musim,” ujarnya.

Dia menambahkan, indeks UV di sejumlah kota besar di Indonesia bisa mencapai angka 10 hingga 14 pada siang hari, yang tergolong sangat tinggi.

Sebenarnya, kebutuhan UV untuk sintesis vitamin D hanya sekitar indeks 3,5 hingga 6. Ini berarti, ketika sinar matahari terlalu kuat, waktu yang dibutuhkan untuk berjemur justru sangat singkat, bahkan hanya beberapa menit.

Risiko kebakaran dan kanker kulit

Paparan sinar UV berlebih dapat menyebabkan

sinar matahari berlebihan

,

penuaan fotoaktif

(Penuaan dini dini akibat matahari), dan fotokarsinogenesis, yaitu pembentukan sel kanker karena radiasi UV.

“Banyak orang belum menyadari bahwa sinar UV-A dan UV-B bisa menyebabkan kerusakan DNA kulit secara bertahap. Jika tidak dilindungi, ini bisa menjadi cikal bakal kanker kulit,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Prasetyadi menekankan pentingnya berjemur secara terukur, dengan memperhatikan tipe kulit, indeks UV, dan durasi paparan.

Waktu berjemur yang aman dan efektif

Dia menyatakan, berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), waktu berjemur yang paling aman dan efektif adalah sebagai berikut:

  • Pukul 08.00–09.00 pagi

Pada jam ini, indeks UV masih relatif rendah namun cukup untuk mendukung pembentukan vitamin D.

  • Durasi cukup 5–15 menit

Untuk kulit tipe 3-4 (umum pada orang Indonesia), cukup menjemur wajah dan kedua lengan selama 10 menit.

Jika menjemur area yang lebih luas seperti kedua tungkai atau seluruh tubuh, durasinya bisa lebih singkat.

  • Frekuensi cukup 2–3 kali seminggu

Tidak perlu setiap hari karena vitamin D juga bisa diperoleh dari makanan bergizi.

“Semakin tinggi indeks UV, semakin singkat waktu berjemur yang dibutuhkan. Justru kalau terlalu lama, bisa merusak kulit,” tegas Prasetyadi, yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Furthermore, he said, sunbathing between 10.00 AM to 14.00 PM should be avoided as the UV index is at its peak during this time.

Paparan pada jam tersebut sangat berisiko bagi kesehatan kulit dan dapat menurunkan imunitas tubuh akibat imunosupresi yang dipicu oleh radiasi UV.

Jadi, berjemur memang bermanfaat, tapi harus dilakukan dengan bijak dan penuh perhitungan. Paparan matahari yang tidak dikontrol justru bisa menimbulkan bahaya kesehatan.

“Berjemur yang baik adalah yang memberikan manfaat tanpa mengorbankan kesehatan kulit,” ujar Prasetyadi.

Berjemur bukan satu-satunya sumber vitamin D

Dia juga mengingatkan bahwa sumber vitamin D tidak hanya dari matahari. Asupan vitamin D dapat diperoleh dari makanan seperti telur, ikan laut berlemak (seperti salmon), hati, keju, dan susu.

For the public who have sensitive skin conditions to sunlight, it is recommended to consult with a doctor before regularly sunbathing.

Jika muncul gejala seperti kulit kemerahan, gatal, atau terbakar, aktivitas ini sebaiknya dihentikan.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *