Cuaca Panas Mempengaruhi Stabilitas Emosi dan Produktivitas
Cuaca panas yang terjadi di Surabaya dan sekitarnya kini menjadi perhatian serius, tidak hanya dari segi kesehatan fisik, tetapi juga dampaknya pada kestabilan emosi masyarakat. Berdasarkan analisis dari psikolog Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, suhu tinggi dapat memengaruhi suasana hati dan tingkat stres seseorang.
BMKG telah memprediksi bahwa suhu udara di Kota Surabaya dan Sidoarjo mencapai 36°C dengan kelembapan relatif rendah, antara 38 hingga 70 persen. Kondisi ini membuat banyak orang merasa tidak nyaman, terutama saat bekerja atau beraktivitas di luar ruangan.
Pengalaman Pekerja Saat Cuaca Ekstrem
Wirawan, seorang pekerja di perusahaan swasta di Sidoarjo, mengungkapkan bahwa meskipun ruang kerjanya menggunakan AC, ia tetap merasa gerah dan panas. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut, ia membawa kipas angin portabel dari rumah. Ia juga menyatakan bahwa kondisi cuaca panas membuatnya lebih mudah lelah dan emosional, terutama ketika ada tenggat waktu pekerjaan yang mendesak.
Sementara itu, Rizal Firman Ardiansyah, seorang staf legal di Surabaya, memilih untuk berangkat lebih pagi agar bisa menghindari panas terik dan polusi. Namun, ia mengaku kesulitan karena kemacetan jalan yang semakin parah akibat cuaca ekstrem. Hal ini membuatnya sering merasa emosi, terutama saat berkendara menggunakan motor.
Bimo Satrio, seorang pengusaha rental dan driver asal Surabaya, mengatakan bahwa cuaca panas membuat niatnya untuk keluar rumah semakin berkurang. Ia juga mengalami gejala dehidrasi dan gangguan emosional akibat paparan panas dan polusi jalan.
Dampak Psikologis dari Cuaca Ekstrem
Marini, dosen psikologi dari UM Surabaya, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem dapat meningkatkan tingkat stres dan agresivitas. Di jalan raya, orang cenderung lebih cepat membunyikan klakson, sedangkan di rumah, percakapan kecil bisa berubah menjadi perdebatan. Di tempat kerja, suasana bisa memanas tanpa alasan besar, karena tubuh dan pikiran sedang lelah menghadapi tekanan cuaca yang tidak terlihat.
Menurut Marini, cuaca ekstrem membagi energi manusia menjadi dua: berpikir dan bertahan menghadapi suhu tinggi. Akibatnya, produktivitas menurun, kesabaran menipis, dan toleransi berkurang. Otak bekerja lebih lambat karena fokus pada pengaturan suhu tubuh, bukan mengolah emosi.
Selain itu, kualitas tidur pada malam hari juga bisa terganggu. Hal ini membuat seseorang lebih mudah marah, cemas, dan kehilangan motivasi. Meski begitu, Marini menyarankan agar masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem dengan melatih kesadaran diri.
Tips Menghadapi Cuaca Panas
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi cuaca panas antara lain:
- Mengatur pola istirahat: Pastikan tidur cukup dan hindari aktivitas berlebihan.
- Batasi paparan panas: Jika memungkinkan, hindari berada di luar ruangan dalam waktu lama.
- Berikan waktu untuk diam: Istirahat sejenak di bawah kipas angin atau tempat sejuk bisa membantu menenangkan pikiran dan tubuh.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, masyarakat dapat lebih siap menghadapi tantangan dari cuaca ekstrem, baik secara fisik maupun emosional.












