Angka Anak Putus Sekolah di Garut Mencapai 25.000 Lebih
Kabupaten Garut kembali menjadi perhatian setelah Dinas Pendidikan setempat mengungkapkan data terbaru yang mengejutkan banyak pihak. Jumlah anak putus sekolah di wilayah ini kini melebihi angka 25.000. Data ini disampaikan dalam rapat bersama anggota DPRD Garut, dan memicu tuntutan agar dilakukan penelusuran mendalam terhadap penyebab peningkatan signifikan tersebut.
Data yang Mengkhawatirkan
Dari laporan yang dibacakan, tingkat keputusan sekolah (drop out/DO) di berbagai jenjang pendidikan juga sangat tinggi. Berikut rinciannya:
- SD: 2.396 siswa
- SMP: 4.820 siswa
- SMA/SMK: 5.988 siswa
Totalnya mencapai lebih dari 13 ribu siswa yang secara resmi tercatat sebagai DO. Yang paling mencolok adalah tingkat SMP, khususnya kelas 9 yang berada di ambang kelulusan dengan jumlah siswa yang meninggalkan sekolah di atas 2.000 orang. Sementara itu, di SMA/SMK, kasus DO terbanyak terjadi di kelas 10, dengan jumlah siswa yang meninggalkan sekolah mencapai lebih dari 2.800 orang.
Penyebab Lonjakan Angka
Peningkatan angka DO ini memunculkan pertanyaan besar tentang penyebab utamanya. Salah satu faktor yang sering disebut adalah masalah ekonomi. Namun, bantuan pendidikan yang diberikan pemerintah untuk keluarga kurang mampu seharusnya bisa membantu menekan angka ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi apakah bantuan tersebut benar-benar tepat sasaran.
Selain faktor ekonomi, ada kemungkinan lain seperti bullying yang marak terjadi di sekolah dan kenakalan remaja. Banyak siswa yang akhirnya memilih keluar atau dikeluarkan dari sekolah karena masalah kedisiplinan. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan karakter, bukan hanya akademik, untuk membentuk siswa yang tangguh, beretika, dan mampu menghindari perilaku negatif.
Tantangan Besar bagi Pemerintah Daerah
Masalah ini tidak bisa dianggap remeh. Pendidikan merupakan fondasi pembentukan sumber daya manusia unggul yang diperlukan Indonesia untuk menuju Indonesia Emas 2045. Jika anak-anak di Garut tidak menyelesaikan pendidikannya hingga SMA/SMK, dampaknya akan terasa pada kualitas SDM di masa depan.
Anggota DPRD diminta untuk memperketat pengawasan terhadap penyaluran bantuan pendidikan, memastikan bahwa bantuan tersebut tidak salah sasaran. Selain itu, pemerataan akses pendidikan harus menjadi prioritas, agar setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk menyelesaikan pendidikannya.
Langkah Menuju Masa Depan yang Lebih Baik
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan masyarakat perlu bekerja sama. Edukasi karakter harus diperkuat untuk mengurangi kasus perundungan. Pembinaan remaja perlu diperketat agar dapat mencegah kenakalan. Selain itu, pendataan siswa yang rentan putus sekolah harus lebih akurat agar intervensi bisa dilakukan lebih cepat.
Memperbaiki sektor pendidikan bukan hanya urusan angka dan laporan, tetapi juga soal masa depan generasi penerus bangsa. Tanpa langkah-langkah konkret, mimpi Garut untuk mencetak SDM berkualitas akan sulit terwujud.












