Daerah  

Contoh Nyata Studi Kasus PPG Kemenag 2025: Tantangan, Solusi, dan Dampak Pembelajaran PAI


Studi Kasus PPG Kemenag 2025: Mata Pelajaran PAI dan Tantangan Pembelajaran

Program PPG Dalam Jabatan (Daljab) Kemenag 2025 mengalami sejumlah perubahan, salah satunya pada format Uji Pengetahuan (UP) yang kini mencakup tes objektif dan esai. Tes esai berbentuk studi kasus yang mencerminkan situasi nyata di kelas, dan guru diminta menganalisis masalah serta menyusun solusi dan refleksi pembelajaran. Peserta diberi waktu 30 menit dengan batas penulisan maksimal 500 kata. PPG Daljab bertujuan mencetak guru profesional, kreatif, inovatif, dan bertakwa. Sebelum lulus, peserta harus mengikuti pretest dan ujian esai yang menguji empat kompetensi dasar guru: kepribadian, profesional, pedagogik, dan sosial.

Tantangan dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), saya menghadapi tantangan berupa rendahnya minat dan partisipasi siswa, khususnya ketika menyampaikan materi yang bersifat abstrak, seperti nilai kejujuran dalam Islam. Banyak siswa tampak pasif dan enggan terlibat dalam diskusi, sehingga suasana kelas cenderung kurang hidup.

Kondisi ini berdampak langsung pada hasil belajar, baik dari sisi pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif). Saya menyadari bahwa pendekatan pembelajaran yang terlalu konvensional dan minim interaksi menjadi salah satu penyebab utama kurangnya keterlibatan siswa.

Solusi yang Diterapkan

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, saya mencoba mengubah pendekatan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual yang dipadukan dengan value-based learning (pembelajaran berbasis nilai). Materi pelajaran saya kaitkan dengan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, misalnya melalui studi kasus tentang kejujuran di lingkungan sekolah.

Saya juga melibatkan siswa secara aktif dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelompok, proyek kreatif (drama, poster kampanye nilai), serta sesi berbagi pengalaman pribadi. Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih hidup, bermakna, dan mendorong keterlibatan emosional siswa.

Dampak dari Perubahan Pendekatan

Pendekatan baru ini memberikan dampak yang sangat positif. Siswa mulai aktif berdiskusi, lebih berani mengemukakan pendapat, dan menunjukkan peningkatan dalam sikap keislaman — terutama dalam hal kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi.

Evaluasi formatif menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi PAI. Bahkan, beberapa siswa yang sebelumnya pasif mulai menunjukkan semangat dan inisiatif untuk belajar lebih dalam. Suasana kelas pun berubah menjadi lebih dinamis, interaktif, dan menyenangkan.

Pembelajaran dan Hikmah

Pengalaman ini memberi pelajaran penting bahwa dalam pembelajaran PAI, penyampaian nilai-nilai keislaman akan lebih bermakna jika dikaitkan langsung dengan konteks kehidupan siswa. Materi yang hanya disampaikan secara teoritis sering kali sulit dipahami dan kurang membekas. Namun ketika siswa merasakan relevansi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata, pembelajaran menjadi lebih menyentuh dan inspiratif.

Saya semakin yakin bahwa guru bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator dalam membentuk karakter. Pembelajaran yang efektif lahir dari empati, relevansi, dan keteladanan. Ketika siswa melihat manfaat ajaran Islam dalam keseharian mereka, maka PAI bukan sekadar pelajaran, melainkan panduan hidup yang mereka hayati.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *