Lintas Peristiwa

KSD Surabaya Netepi Bulan Suro Pagelaran Wayang Kulit


Dian Jennie memberikan sambutan kepada para tamu undangan di pagelaran wayang kulit dan memperingati bulan suci Sura di gedung Cak Durasim genteng kali (*)

Surabaya mediaawas.com – Bulan Sura kental akan adat istiadat masyarakat Jawa. Dari penghayat di Indonesia sangat mengagungkan Bulan Sura adalah bulan suci bagi masyarakat Jawa.

Penghayat Kerohanian Sapta Darma (red: KSD) setiap tahun selalu memperingatinya dan selalu menggelar budaya bangsa wayang kulit sebagai warisan leluhur Nusantara yg harus di lestarikan. Sabtu (05/08/2023)

Acara peringatan 1 Sura di gedung budaya Cak Durasim genteng kali di buka oleh Dian Jennie memberikan sambutan “Pagelaran bulan Sura adalah bulan suci bagi umat Satpa Darma dalam setiap tahunnya, dan sekaligus merefleksi akan testing dumadi atau kembali asal mula terjadinya manusia, kita semua tahu terjadinya adanya manusia atas kehendak Tuhan dari sinarnya atau cahaya Tuhan antara bapak dan ibu, artinya manusia berasal dari nur suci maka kita harus kembali suci dihadapan Tuhan dan harus menjalankan darma baik di dalam kehidupan antar sesama manusia dan alam.” Tuturnya

Mbak Jennie (nama panggilan) menambahkan, “Dan mengapa wayang kulit menjadi tradisi dari Ajaran Sapta Darma setiap tahun di bulan Sura, karena di dalam pagelaran wayang kulit banyak terkandung nilai-nilai atau pesan dan nasehat budi pakerti untuk semua orang yang bisa kita petik, sekaligus kita mempertahankan budaya wayang kulit sebagai warisan leluhur kita yang harus dilestarikan dan mengenalkan kepada anak-anak kita agar tidak lupa akan jati dirinya berasal dari mana mereka berasal.” Ucapnya

“Harapan kami Sapta Darma dengan adanya pagelaran wayang kulit dapat meningkatkan nilai-nilai spiritual dan Budi Pakerti yang luhur di dalam perilaku sehari-hari di lingkungan sekitarnya, baik antar warga Sapta Darma maupun masyarakat luas.” Imbuhnya

“Dan untuk generasi muda di pagelaran ini moment sangat penting dan kebetulan panitianya 75% adalah anak-anak muda, dengan harapan agar generasi muda lebih bisa mengenal adat istiadat dan tradisi budaya bangsa melalui pagelaran wayang kulit ini dan selalu bisa menjaga, melestarikan dan mencintai peninggalan warisan leluhur kita agar tidak hilang di telan jaman.” Tutupnya

Acara berikutnya potong tumpeng di sampaikan oleh Naen Soeryono, “Sesaji Nasi Tumpeng dan berbagai macam menu di sesaji itu mempunyai arti dan filosofi yang tinggi, yaitu nasi berbentuk gunung mempunyai makna keagungan Tuhan alam semesta yang menjadi sesembahan setiap manusia di dunia dan disekitar nasi tumpeng banyak berbagai macam menu menggambarkan bahwa berbagai macam umat manusia yang berbeda-beda ajaran, agama dan keyakinan berbaur jadi satu namun tetap tunduk kepada kekuasaan Tuhan sebagai sesembahan umat manusia, dan ini bisa diartikan sebagai Kebinekaan Tunggal Ika, dari sinilah maka kita sebagai umat manusia haruslah kembali kepada ajaran Tuhan yang benar bukan ajaran kehendak manusia secara pribadi-pribadi”. Paparnya

Setelah itu acara inti Pagelaran Wayang Kulit dengan tajuk “Wahyu Makhutarama” dalang: Ki Bambang Handoyo. Cerita ini menggambarkan dan mempunyai arti yaitu, merupakan pengetahuan tentang kebijaksanaan dan budi pekerti raja yang sempurna. Pengetahuan itu pun diajarkan secara lengkap ke Arjuna, bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat delapan dasar alam, yakni matahari, bulan, bintang, mendung, bumi, samudra, api, dan angin. Dengan demikian maka kita bisa menjadi satria utama yang Arif dan bijaksana didalam kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitar kita dan masyarakat luas. (Rs)*

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *