Guna Menjaga Budaya Bahasa Lokal, Bupati Pamekasan Bagi Tips Cara Sopan Santun Berkomunikasi
PAMEKASAN, AWAS.COM – Bupati Pamekasan Baddrut Tamam mengingatkan generasi anak muda agar tetap menjaga kekayaan lokal, bahasa, dan kebudayaan di tengah majunya revolusi teknologi.
Menurutnya, budaya sopan santun dalam bersosialisasi dengan sesama harus tetap terjaga dengan baik, bahasa Madura sebagai bahasa daerah menjadi pemikat persaudaraan antar sesama. Karena di zaman ini bahasa terkadang tidak lagi menjadi syarat dalam berkomunikasi lantaran kecanggihan teknologi.
“Di zaman ini, kadang-kadang bahasa bukan menjadi syarat utama dalam berkomunikasi dan bersosialisasi, tiba-tiba juga muncul bahasa-bahasa baru yang saya sendiri kadang tidak paham, misalnya besti, itu bahasa yang kadang merasa bukan anak muda lagi kalau tidak menggunakan bahasa itu, merasa anak di zaman ini ketika memakai bahasa itu,” katanya, Jum’at (24/3/2023).
Tak hanya itu saja, Bupati juga menyampaikan, adanya bahasa baru itu terkadang membuat seseorang percaya diri untuk mengungkapkannya lantaran merasa menjadi bagian dari anak muda atau generasi milenial. Ironisnya, banyak orang menggunakan bahasa baru tersebut meskipun tidak mengetahui arti yang sebenarnya.
“Kita yang tidak menggunakan bahasa itu dianggap generasi kolonial, bukan milenial, saya sendiri tidak tahu besti itu apa, karena tidak tahu saya tidak pernah menggunakannya. Karena fungsi bahasa itu bertutur, berkomunikasi, dan bersosialisasi untuk saling memahami,” tandasnya.
Bupati menambahkan, indikator kecanggilan teknologi dalam mempengaruhi bahasa itu salah satunya adanya istilah COD (cash on delivery) dalam sebuah transaksi online. Istilah tersebut baru muncul belakangan ini, tetapi saat ini seakan menjadi ungkapan sehari-sehari walaupun tidak memahami arti sesungguhnya.
“Sebagian yang mempengaruhi distorsi bahasa itu adalah teknologi, COD, OTW, dan bahasa lain yang diciptakan oleh generasi baru ini yang kadang-kadang bapak-bapak yang umurnya 50 tahun ke atas banyak yang tidak paham,” ungkapnya.
Dia menambahkan, kemajuan teknologi tidak hanya mempengaruhi bahasa daerah, tetapi juga dapat menghilangkan budaya lokal yang semestinya tetap dipertahankan. Hal itu disebabkan tidak adanya kepedulian anak muda dalam menjaga local wisdom tersebut.
“Revolusi teknologi memberikan sumbangsih hilangnya kecintaan anak muda terhadap bahasa ibu kita, bahasa yang lahir dari rasa, nilai, karsa yang melahirkan bahasa itu. Fungsi bahasa itu berkomunikasi dan transformasi ilmu pengetahuan,” pungkasnya.(Buhari)